I LOVE YOU BUT

I LOVE YOU, BUT...

Author : Choi Hye Yoon


Cast : Im Yoona, Choi Siwon, Donghae

Sore itu Yoona sedang membereskan kamarnya, kemudian ia melihat sebuah kotak yang agak berdebu. Diraihnya kotak itu kemudian membukanya dengan pelan.
“Fuuuh.” Desahnya sambil meniup poninya yang hampir menutupi matanya itu
“Sudah lama sekali aku tidak melihatnya.” Ucapnya seraya tersenyum miris.
 Kemudian matanya tertuju pada selembar foto dalam kotak itu. Diraihnya secara perlahan, menatap selembar foto yang sudah lusuh termakan usia. Tanpa ia sadari matanya mulai berkaca-kaca.
Flashback On
“Oppa, na neomu neomu neomu saranghaeyo.” Ucapnya sambil menatap lekat pada seseorang dihadapannya. Kau bagaimana ?” lanjutnya lagi.
Nado.” Jawab seorang pria, terdengar suaranya terasa sangat berat.
“Kau mau berjanji sesuatu untukku oppa ?”
“Mwo ?” Jawabnya lagi.
“Janji tidak akan meninggalkanku sampai kapanpun.”
“Ne, aku janji yoona-ah.”
Mendengar jawaban itu senyum semeringah pun langsung menghiasi bibir Yoona, terlihat sangat manis.
Seketika Yoona mengambil ponsel dari tas tangannya.
 “oppa lihat kesini.” Katanya, yoona lalu mengambil gambar mereka berdua yang sedang tersenyum.
“ ini akan menjadi bukti bahwa kau telah berjanji padaku oppa, awas saja kalau kau berani melanggarnya.” Goda yoona.
“Yaaa, kau mengancamku?” Mereka tertawa bersama-sama.
Flashback Off
“Eonni kau lagi apa?.” Suara seseorang mengagetkan yoona dan membawanya kembali ke dunia yang sebenarnya, dunia dimana ia harus menerima segala kenyataan.
“Eonni.” panggilnya sekali lagi. Sunny yang mulai kesal lalu menghampiri eonni-nya itu, seketika yoona terkejut.
“eonni kau menangis ?.” Tanya Sunny polos  sambil menunjuk butiran bening dipelipis mata Yoona.
“Ani.” Jawab Yoona cepat lalu mengocek-ngocek matanya.  Mataku Cuma kelilipan, kau lihat disini berdebu sekali.
”Sana keluar kalau tidak kau akan bersin-bersin.” Lanjut Yoona cepat.
“Ne.” Jawab Sunny singkat.
Yoona menghela nafas lega mendengar jawaban dongsaeng-nya yang langsung menuruti perintahnya.
“Eonni aku ambil ini ya.”  kata sunny seraya berlari keluar kamar sambil memegang sebuah album foto.
“ya kembalikan kemari sunny. Balli.” Teriak yoona dengan mata melotot. Tapi teriakannya sia-sia, derai langkah sunny sudah tidak terdengar lagi.
Yoona segera menyelesaikan pekerjaannya , tak ketinggalan foto yang ia pegang tadi.
***
“Wah ipputa.” eonniku benar-benar cantik. Sunny terpana melihat lembar per lembar dari album foto milik Yoona. 
Apa yang kau lakukan sunny?
Appa coba kau lihat ini, cantik bukan?
Ne. Eonnimu cantik, kau juga. Kalian berdua neomu neomu ipputa
Senyum tipis tersungging dibibir tipis Sunny mendengar perkataan appanya.
Pada lembaran terakhir album itu sunny melihat sebuah foto keluarganya. Ada appa, eomma, eonni dan juga dirinya saat masih berusia 5 tahun.
“Kau masih ingat ketika gambar ini diambil?” Tanya Appa.
“Ani.” Jawab sunny pendek
“Sudah lama sekali kita tidak kesana setelah kita pindah ke Jakarta, sudah sekitar 10 tahun. Hmm appa jadi ingat saat-saat ketika kita masih tinggal disana. Sungguh menyenangkan”.
“Ahh appa aku ingin kesana. Liburan kali ini kita kesana ya.” Sunny memohon dengan wajah polosnya.
“Mwo ? Kau tahu ini dimana ?” Appanya keheranan.
“Ne, Pulau Jeju. Benarkan ?”
“Iya benar sekali. Mian sunny-ah akhir-akhir ini appa sedang sibuk liburan nanti pun sepertinya appa tidak bisa. Eommamu juga demikian”
“Cheonma ?” Raut wajah sunny seketika berubah, matanya pun mulai berkaca-kaca.
“Jangan menangis eonnimu yang ipputa ini akan menemanimu kesana.” Suara yoona tiba-tiba terdengar dari arah dapur. Rupanya dari tadi ia telah mendengarkan pembicaraan antara sunny dan appanya.
“Kau serius yoona ? Pulau jeju itu kan tidak dekat.”
“Ne appa, kau kan tahu aku paling tidak bisa melihat dongsaengku ini bersedih. Lagipula aku sudah bolak-balik Jakarta-Korea sudah beberapa kali dalam 3 tahun terakhir, ditambahlagi disana ada Harabeoji dan Min Ah-ssi. Appa tidak perlu khawatir.” Jawab yoona mantap.
“Kau benar-benar eonni yang baik.”  Kata appanya bangga.
“Tapi bagaimana dengan kuliahmu ?”
Yoona hanya menyunggingkan senyum tipis.
***

“Ipputa, ipputa. Neomu neomu ipputa” Teriak sunny kegirangan. Yoona dan Min Ah tertawa kecil melihat tingkah Sunny. Hari ini adalah hari ketiganya berada di Pulau Jeju bersama eonninya Yoona.
“Kau senang Sunny?” Tanya Shin Min Ah asal.
“Ne, gomawo Min Ah eonni, semenjak aku disini kau tak hentinya membawaku ke tempat-tempat yang indah. Gumawo. Jawab Sunny dengan wajah berseri-seri.
“Yaa, kau melupakan jasa ku Sunny? Kau tidak mungkin berada disini kalau aku tak menemanimu ke Jeju ini.” Yoona mulai menggoda Sunny.
“Aissh mianhe eonni. Aku...”
“Sudahlah aku akan jalan-jalan sendiri saja, kau tinggallah disini bersama eonni kesayanganmu itu.” Potong Yoona. Yoona pura-pura ngambek kepada Sunny, tak lupa ia mengedipkan sebelah matanya ke Shin Min Ah tanda bahwa ia hanya bercanda
“Ne silahkan saja, kami akan bersenang-senang tanpamu. Ga-da.” Min Ah balas mengedipkan mata. Sedangkan Sunny mengerutkan kening melihat tingkah kedua eonni yang sangat ia sayangi itu.
***
Yoona berjalan seorang diri, disekelilingnya ia melihat orang lain yang berjalan berdua bersama pasangannya, mereka terlihat bahagia. Dalam hatinya Yoona merasa iri.
“Oppa aku rindu, aku ingin bertemu kau.” Butiran bening mengalir dipipi Yoona.
“Babo, neo babo Im Yoona. Kau tidak boleh menangis, kau tidak boleh memikirkannya lagi, kau sudah berjanji.” Ucap Yoona sambil memukul pelan kepalanya. Tangis Yoona semakin pecah, bayang-bayang masa lalunya kembali mendatangi pikirannya.

Flashback On
Yoona duduk disebuah cafe sambil menyeruput lemon teanya, sepertinya ia sedang menunggu seseorang dengan tidak sabar. Tiba-tiba seseorang menghampirinya.
“Ya Choi Siwon oppa kenapa kau tidak memberitahu lebih dulu kalau kau akan datang? Aku bisa menjemputmu di bandara seperti biasa.” Omel Yoona kepada pria itu, kemudian ia segera berdiri lalu memeluk erat pria dihadapannya. Ya pria itu adalah Choi Siwon kekasih Yoona. Awalnya mereka teman kecil ketika Yoona masih tinggal di Jeju, dan sudah hampir 3 tahun menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih semenjak mereka bertemu kembali.
“Tidak apa-apa, kedatanganku ke Jakarta kali ini berbeda Yoona, aku kesini cuma mampir untuk bertemu sebentar dengan mu Yoona.” Ucap Siwon seraya melepaskan dirinya dari pelukan Yoona. Nampaknya hari ini Siwon sangat berbeda, sifatnya tak seceria dulu dan wajahnya terlihat sedikit pucat. Namun Yoona tidak menyadari itu.
“Cheonma? Omo rupanya kau sangat merindukanku oppa, hahaha.” Yoona tertawa lepas. “Ahh aku benar-benar yeoja paling beruntung di dunia ini”. Lanjutnya lagi.
“Emm Yoona aku ingin mengatakan sesuatu padamu”. Ucap Siwon lagi, suaranya terdengar berat.
“Apa itu oppa?”
“Tapi sebelumnya kau harus berjanji padaku lebih dulu. Kau tidak boleh menangis, kau tidak boleh bersedih apalagi dihadapanku. Kau Janji?”
“Mwo? Apa yang kau katakan oppa?” Yoona tidak mengerti mengenai apa yang dibacarakan Siwon.
“berjanjilah untukku. Kau mau kan?”
“Ne.” Yoona akhirnya menyerah dan mengangguk pelan.  
Siwon menarik nafas panjang lalu membuangnya lagi sebelum mulai berbicara kembali.
“Yoona lepaskanlah aku, aku sudah tidak mencintaimu lagi. Kau tahu kenapa? Karena aku sudah punya yeoja lain yang aku cintai, mohon kau biarkan kami bahagia. Dan jangan sekali-kali kau melihatku lagi meski aku memohon bahkan berlutut padamu. aku juga ingin kau untuk tidak memaafkan kesalahanku ini sampai kapanpun. Arasseo?” Jelas Siwon.
Seketikan suasana cafe menjadi hening seperti hanya Yoona dan Siwon yang berada di cafe itu. Satu detik, dua detik, tiga detik waktu terasa berhenti mereka hanya saling bertatapan. Meski Yoona sangat shock mendengar ucapan Siwon, namun tak ada ekspresi yang jelas pada raut wajahnya. Wajahnya setawar air, tak berekspresi.
“Ne oppa, ara.” Jawab Yoona singkat. Suasana kembali hening.
“Tapi oppa, apa kau lupa kau sudah berjanji padaku kalau kau tidak akan me..” Yoona belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Siwon sudah mengeluarkan selembar foto. Untuk kedua kalinya Yoona dubuat shock akan tingkah Siwon yang berubah drastis itu. Pada foto itu terlihat seorang gadis sedang merangkul mesra seorang yang sangat ia cintai, Choi Siwon.
“Kau lihat ini adalah yeojaku, cantik bukan? Namanya BBBB. Ambillah foto ini, kau akan memerlukan foto ini. Saat kau sangat merindukanku kau boleh melihatnya, bukan untuk mengobati rasa rindumu terhadapku tetapi agar rasa itu berubah menjadi rasa benci yang mendalam padaku. Arasseo?” Lagi-lagi diujung kalimatnya Siwon mengucapkan Arasseo?.
 “Ne oppa, ara.” Jawaban Yoona persis sama dengan jawaban yang ia ucapakan tadi. Yoona meraih selembar foto itu dari tangan Siwon.”
“Baiklah aku akan pergi sekarang.” Ucapnya seraya berlalu, tapi kemudian ia berhenti dan berbalik kembali. “Satu lagi, jangan pernah muncul dihadapanku. Arasseo?”
Kali ini Yoona tidak menjawab dan hanya menatap punggung Siwon hingga jauh. Semenit sepeninggal Siwon, Yoona melirik jam tangan di lengan kirinya.
“hmm 15 menit, 15 menit terindah dan terpahit yang aku miliki. Seandainya aku tahu tadi adalah kali terakhir aku melihatnya, kali terakhir aku memeluknya dan kali terakhir aku menyebut namanya, aku pasti akan memohon kepada Tuhan agar waktu dihentikan sampai saat itu saja.“ Ucap Yoona, sekali lagi tak ada tangisan ataupun senyuman pada raut wajahnya.

Flashback Off.
Dari kejauhan terlihat seorang pria dengan postur tubuh yang tegap menghampiri Yoona, terlihat pria itu mengenakan kaca mata hitam, jaket tebal dan juga syal dilehernya. Padahal saat itu suhu di Jeju sangat hangat, sungguh orang yang aneh.
“Ini ambillah, aku rasa kau membutuhkannya.” Ucapnya dengan suara serak sambil mengulurkan sebuah saputangan kepada Yoona. Sepertinya pria itu telah memperhatikan Yoona sejak tadi. Dengan cepat Yoona meraihnya lalu kembali menundukkan wajahnya.
“Ya kau tidak berterima kasih padaku?” Ucap pria itu kesal.
“Mian, maksudku gumawo.” Balas Yoona singkat tanpa melihat kearah pria itu. Suaranya serak karena menangis tadi.
“Aku pernah kenal gadis yang mirip denganmu, tapi dia jauh lebih baik darimu. Gadis yang aku kenal sangat ramah dan sopan kepada siapa saja, dan selalu menepati janjinya.”
Mendengar ucapan pria itu Yoona spontan mengangkat wajahnya, tapi terlambat, pria itu sudah pergi, meski belum terlalu jauh.

“Bagaimana dengan saputanganmu?” Teriak Yoona

***

“Mian Sunny, eonni hanya bisa mengantarkan mu sampai disini. Hmm kau benar-benar bisa pulang sendiri kan?” Min Ah merasa khawatir membiarkan adik sepupunya pulang ke Jakarta sendiri.
“Ne, gwaenchana eonni. Justru aku sangat berterima kasih padamu atas 7 hari menyenangkan yang kau berikan. Aku merasa sudah terlalu banyak merepotkanmu.”
“Ani, aku senang kau membuatku repot. Aku senang kau bisa ke Jeju, andai saja kau bisa tinggal lebih lama lagi.”
“Tenang saja eonni, lain kali aku akan datang lagi bersama na appa dan eomma,  dan akan membuatmu sangat repot.” Sunny tertawa kecil.
“Oh ya sampaikan pada Yoona eonni kalau ia harus menraktirku sebagai ganti ia sudah menelantarkan ku selama disini, ia bahkan tidak pulang bersamaku.” Lanjutnya lagi.

“Ahh kau jangan berkata seperti itu Sunny, ia tidak bermaksud seperti itu.” Min Ah sedikit terkejut mendengar ucapan Sunny.
“Hahaha aku Cuma bercanda eonni. Tapi sampaikan saja padanya.” Ucap Sunny Santai
“Ne. Aku akan membuatnya merasa sedikit bersalah.” Min Ah mengedipkan sebelah mata ke Sunny. “Baiklah kau masuk cepat, pesawatmu berangkat 5 menit lagi kan? Lanjutnya.
“Ne.” Ucap Sunny sambil memeluk Min Ah lalu masuk untuk cek-in.
“Sampaikan salamku pada Ajussi dan ajumma yaa” teriak Min Ah. Sunny mengangguk dikejauhan dan melambaikan tangan.

***

Yoona sedang menatap kelima tangkai bunga dihadapannya. Sudah 5 hari ini ia mendapatkan kiriman setangkai bunga lily putih, satu tangkai tiap harinya tak lupa sebuah kartu ucapan yang menanyakan kabar Yoona, anehnya ia tidak tahu siapa pengirim bunga itu.
“Wah hari ini kau dapat kiriman bunga lagi Yoona?” Tanya Shin Min Ah.
“Ne, kau lihat saja hari ini sudah ada 5 tangkai bunga.”
“Huu aku benar-benar iri padamu, selama aku pacaran dengan Lee Seung Gi ia baru beberapa kali memberiku bunga.” Min Ah terlihat kesal. “Oh iya kau sudah tahu siapa pengirimnya?” Raut wajahnya kini berubah menjadi sangat penasaran.
“Belum.” Yoona menggelengkan kepalanya. Dalam hati ia memutar otak mencari tahu  siapa yang memberinya bunga. “Siwon oppa. Mungkinkah?” Batin Yoona. Seketika ia menggelengkan kepalanya lagi, membuang pikirannya itu. “Ani, tidak mungkin.” Batinnya lagi.
“Min Ah-ssi, Sunny sudah kau antar? Pesawatnya tidak delay kan? Apa dia benar-benar bisa pulang sendiri?” Yoona mengalihkan pembicaraan.
“Ya ya kau bertanya seperti itu mana bisa aku menjawabnya. Tenanglah sedikit Yoona. Sunny sudah dewasa, sudah 15 tahun, aku yakin ia pasti sampai dengan selamat, bukannya kau bilang di Jakarta nanti ia akan dijemput emma-mu?.” Shin Min Ah menenangkan Yoona.
“Mian Min Ah, aku benar-benar khawatir padanya.”
“Kalau kau khawatir kenapa kau tidak ikut pulang bersamanya?” Goda Min Ah

“Bukannya kau yang memaksaku untuk tinggal? Kau memaksaku untuk menjalankan misi mu itu.” Yoona mulai kesal.
“ Hahaha aku Cuma bercanda Yoona, kau jangan kesal begitu.” Tawa Min Ah.
“Oh iya Sunny bilang ia menunggu traktiran saat kau pulang nanti sebagai ganti rugi kau menelantarkannya disini.” Lanjutnya lagi.
“Mwo? Dasar Sunny dia sama sekali tidak mau dirugikan.”
“Ya seperti dirimu hahaha. Oh ya misi kita bisa dimulai besok kan?” Min Ah bertanya sambil mengedipkan sebelah matanya.

***

Hari ini Yoona sudah berada di taman tempatnya bertemu pria misterius yang memberikan sapu tangan itu.
Ini adalah ide Shin Min Ah yang yang bersikap seolah-olah seperti seorang detektif. Setelah mendapat keterangan mengenai pria yang dijumpai Yoona, kemudian melihat sapu tangan itu yang ternyata ada rajutan lily putih disitu. Ia menyimpulkan bahwa pria sapu tangan dan pria pengirim bunga adalah orang yang sama.
“Omo mengapa belum datang juga?” Yoona mulai kelelahan setelah menunggu selama beberapa jam.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi.
“Yeboseo.” Terdengar suara dari seberang.
“Min Ah? Kau lagi? Kau tahu kau sudah menelponku berapakali siang ini? Aku bosan mendengar suaramu.”
“Ya kau sudah selesai mengomel? Aku Cuma ingin tanya, apa kau sudah...”
“Belum Min Ah, aku belum bertemu dengannya. Potong Yoona. “Aisshh na neomu babo mengapa aku mau mengikuti ide gilamu ini. Sudahlah aku menyerah, aku lelah menunggu seharian disini. Aku kelaparan, aku akan pulang sekarang.” Yoona hendak beranjak dari kursi taman yang ia duduki,
“Jangan menyerah sekarang Yoona, tunggulah sebentar lagi. Aku juga akan kesana sekarang.” Cegah Min Ah.
“Ne, ara.” Ucap Yoona sebelum menutup telepon.
Ternyata tanpa disadari Yoona seseorang sudah duduk disampingnya dan menatapnya.
“Aku dengar kau menunggu seseorang dan saat ini kau sedang kelaparan. Mian, aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu. Ini ambillah, aku rasa kau membutuhkannya.” Kata pria itu sambil memberinya sepotong roti dan sekaleng soda.
Yoona keheranan melihat pria itu, dan sepertinya ia menyadari sesuatu. “hmm rasanya aku pernah mendengar kalimat itu sebelumnya” Kata Yoona dalam hati. Ia memutar otak dan berpikir.
“Kau pria itu, kau pria yang memberiku sapu tangan kan?” Tanya Yoona penuh harap.
“Kalau iya kenapa? Kau ingin mengembalikan sapu tangan itu?” Pria itu malah balik menhujani Yoona dengan pertanyaannya.
“Tidak salah lagi dia orangnya.” Batin Yoona lagi. “Ne aku akan mengembalikkannya tapi tidak sekarang, aku tidak membawanya.” Jawab Yoona.
“Bukannya kau sengaja menungguku disini? Mengapa kau tidak membawanya? Tapi tidak perlu kau ambil saja, sapu tangan itu bukan milikku.” Kata pria itu lagi.
“Mwo? Kenapa kau tahu aku menunggumu? Aku rasa aku tidak pernah mengatakan kalau aku menunggu pria sapu tangan disini.” Tanya Yoona keheranan.
Pria itu diam sejenak, ia terlihat sedikit gugup. “Aku, aku Cuma menebak. Apa aku benar?” Tanyanya dengan senyum jahil.
Yoona Cuma mengangguk-angguk mendengar jawaban pria itu.
Apa kau suka lily? Aku lihat di sapu tangan itu ada rajutan lily.” Yoona berusaha mencari celah untuk menebak pria misterius itu.
“Tidak, aku tidak suka bunga.” Orang itu diam dan melanjutkan kalimatnya. “Tapi sahabatku menyukainya, sapu tangan itupun miliknya.” Lanjutnya lirih.
Yoona terdiam dan berkata dalam hati. “Oppa juga suka lily.”
“Kau bagaimana? Apa kau menyukainya juga?” Pria itu bertanya balik.
“Ne, aku sangat suka lily. Bagiku lily adalah bunga paling indah yang melambangkan kedamaian.
“Syukurlah aku tidak sia-sia mengirimkan lily-lily itu.” Ucap pria itu santai.

“Mwo???” Yoona terhentak mendengarnya. “Jadi kau yang memberikan bunga untukku Waeyo? Apa kau mengenalku?Siapa sebenarnya dirimu? Katakan padaku!”
Pria yang ditanyainya Cuma diam, wajahnya terlihat sedih. “Aku akan menjawab semua pertanyaanmu besok, kau hanya perlu menemuiku disini siang hari.” Ucapnya seraya berlalu.
“Ya kau mau kemana? Teriak Yoona kesal, namun pria itu tidak menghiraukan Yoona ia terus berjalan.

***

Semalaman Yoona tidak bisa tidur memikirkan perkataan pria misterius itu.
“Siapa kau? Dan apa maumu sebenarnya?” Rentetan pertanyaan-pertanyaan itu menghantui Yoona, ia tidak sabar menanti hari esok untuk mengetahui semuanya.
Tiba-tiba terlintas dipikirannya.
“besok ulang tahun Siwon oppa, apa tahun ini ia akan merayakannya bersama Yuri eonni?” Yoona tiba-tiba sangat merindukan Siwon.
Ia beranjak dari tempat tidur menuju meja belajar. Dirogohnya tas miliknya lalu mengeluarkan selembar foto. Ditatapnya foto itu satu menit, dua menit tiba-tiba ia menangis.
“Kau bohong oppa, kau bilang dengan melihat foto itu rasa rinduku padamu akan berubah jadi rasa benci, tapi buktinya aku malash semakin merindukanmu oppa.” Rupanya foto itu adalah foto Siwon bersama yeoja itu, Yuri. Yeoja yang membuat Siwon meninggalkan dirinya.
Tak lama kemudian Yoona mengeluarkan selembar foto lagi dan itu adalah fotonya bersama Siwon, foto yang ia temukan di  box lamanya beberapa waktu lalu.
Yoona menatap kedua foto itu secara bergantian, lalu tertawa pahit.
“Kau memang lebih cocok dengannya dibandingkan dengan aku. Yeojamu memang benar-benar cantik, ia tidak ada apa-apanya denganku.” Ucapnya dengan suara serak. Tanpa Yoona sadari, ia tertidur dengan kedua foto itu ditangannya

***

( To be continued )

created@2012  . re-published@2017

Komentar